Sungai Raya, 12 Maret 2023
Di sepanjang tepian sungai di Kabupaten Kubu Raya dapat ditemukan berbagai jenis tanaman, sebagian besar adalah tanaman mangrove atau bakau, nipah dan sagu. Selain sebagai penahan terjadi abrasi sungai, tanaman di tepian sungai juga menjadi tempat hidup berbagai biota sungai, seperti berbagai jenis ikan, kepah, kepiting bakau, juga udang.
Pohon sagu atau rumbia (Metroxylon.sp) termasuk dalam pohon dari famili palmae wilayah tropik basah. Tumbuhan ini tinggal pada umumnya di daerah rawa-rawa air tawar atau daerah rawa bergambut, daerah pinggir dari aliran sungai, dekat dengan sumber air dan hutan-hutan rawa (Arifah, 2022).
Budidaya tanaman sagu secara umum dilakukan secara alami. Menurut Abbas (2017) tanaman sagu memiliki keuntungan pengembangan secara agronomi yaitu:
- Dapat tumbuh di areal rawa dan gambut yang umumnya tanaman tidak dapat tumbuh.
- Toleran terhadap pH rendah, dan konsentrasi Al, Fe, dan Mn yang tinggi.
- Dapat dipanen kapan saja setelah mencapai umur kira-kira 8 – 10 tahun
- Dapat dipanen secara terus menerus tanpa memperbaharui pertanaman karena terbentuk banyak anakan.
- Mempunyai kemampuan menghasilkan karbohidrat yang tinggi persatuan luas dan waktu.
- Relatif tidak diperlukan pemeliharaan yang intensif
Sagu memiliki kandungan korbahidrat yang cukup tinggi, sehingga bisa dikategorikan sebagai sumber bahan pangan alternatif. Bahkan di Wilayah Indonesia Timur, Sagu menjadi bahan pangan utama. Ditinjau dari segi penghasil karbohidrat, tanaman sagu memiliki kemampuan untuk menghasilkan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan tanaman karbohidrat
lainnya. Dari penanaman baru, sagu mulai berproduksi pada umur sekitar 10 tahun. Namun setelah itu, dengan kemampuan selalu menumbuhkan tunas-tunas baru, sagu dapat terus-menerus berproduksi secara ekonomis tanpa penanaman baru. Hingga kini, sagu diketahui mempunyai daya hasil pati tertinggi per satuan luas per satuan waktu. Sagu mampu menghasilkan pati kering hingga 25 ton per hektar, jauh melebihi produksi pati beras atau jagung yang masing-masing hanya 6 ton dan 5.5 ton per hektar. Sagu tidak hanya menghasilkan pati terbesar, tetapi juga menghasilkan pati sepanjang tahun (Yuwono, 2015).
Pengolahan sagu menjadi pati sagu atau tepung sagu dilakukan melalui beberapa tahapan. Menurut Mardhiyah (2019) tahapan pembuatan tepung sagu adalah:
- Batang sagu dikupas untuk membuang kulit luar yang keras.
- Batang sagu yang telah dikupas kulitnya di parut halus menjadi bubur sagu. jika batang yang ditangani cukup banyak batang diparut dengan mesin pemarut.
- Pembuatan larutan sufit. natrium bi sulfit dilarutkan dalam air. setiap 1 liter air ditambah dengan 3 gr natrium bi sulfit. larutan yang telah diperoleh disebut larutan sulfit.
- Penambahan larutan sulfit dan pengadukan. Bubur hasil pemarutan di tambah larutan sulfit sehingga menjadi bubur encer. bubur encer ini diaduk agar pati lebih banyak yang terlepas dari sel batang.
- Saring suspensi pati dengan kain saring.
- Endapkan suspensi pati selama 12 jam, setelah itu di buang airnya.
- Keringkan pasta pati hingga kadar air di bawah 12%.
- Giling tepung sagu kasar menjadi tepung halus.
- Kemas tepung sagu yang telah digiling dengan karung.

Di Kabupaten Kubu Raya budidaya dan pengolahan sagu masih dilakukan secara sederhana. Penebangan masih menggunakan peralatan manual, yang kemudian sebagian besar dialirkan melalui sungai menuju tempat pengolahan sagu. Yang menjadi kendala adalah jika kondisi air sungai surut, maka batang sagu yang dipanen tidak akan bisa dikirim ke tempat pengolahan, menyebabkan produksi pengolahan sagu terhenti.
Pengolahan sagu sebagian besar masih dilakukan dalam skala industri rumah tangga, menggunakan mesin parut dan mesin giling yang sederhana yang dirakit sendiri. Proses pengadukan dengan larutan sulfit, penyaringan dan perendaman dilakukan secara manual.. Bahkan pengeringan pasta pati sagu menjadi tepung sagu kasar dilakukan dengan memanfaatkan kondisi dan lingkungan alam, dengan menggunakan rumah langkau atau rumah jemur.
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten dengan bentuk kepulauan, sehingga memiliki batas pantai dan batas sungai yang cukup panjang. Keseluruhan kecamatan di Kabupaten Kubu Raya dilalui oleh sungai. Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Kubu Raya di dalam rencana pengembangan wilayah sungai, sungai dikategorikan menjadi sungai besar dan sungai kecil. Sungai besar yang melalui Kabupaten Kubu Raya yaitu Sungai Kapuas, Sungai Kapuas Kecil, Sungai Punggur Besar dan Sungai Landak, sedangkan yang termasuk sungai kecil yaitu Sungai Ambawang, Sungai Mandor, Sungai Sepatah, Sungai Jeruju Besar, Sungai Punggur Kecil, Sungai Rasau, Sungai Bulan, Sungai Sepauk Laut, Sungai Seruat, Sungai Terentang, Sungai Kelabau, Sungai Keluang, Sungai Mendawak, Sungai Kubu, Sungai Radak, Sungai Dayak Besar, Sungai Bengkalan, Sungai Sepada, Sungai Sapar, Sungai Kerawang, Sungai Durian Sebatang, Sungai Besar, Sungai Mesjid, Sungai Sekh, Sungai Baharu, Sungai Raja Setelu, Sungai Bumbun, Sungai Ayam, Sungai Padu Ampat, Sungai Nibung, Sungai Tumiang, dan Sungai Jeruju Kiri.
Dengan potensi tepian sungai yang cukup panjang dan sebagian besar ditumbuhi oleh tanaman sagu, Kalimantan Barat, khususnya Kabupayen Kubu Raya memiliki potensi produksi sagu yang sangat besar. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Edy Gunawan, pembina paguyuban petani sagu Kalbar dalam Ginting (2022), bahwa potensi sagu di wilayah Kalimantan Barat masih belum dimaksimalkan. Padahal, hutan di Kalbar kaya akan sumber bahan sagu. Meski merujuk data Kementerian Pertanian ternyata produksi sagunya masih kecil sekitar 2.768 ton per tahun.
Kabupaten Kubu Raya memiliki beberapa sentra pengolahan sagu masyarakat, diantaranya di Desa Korek, Desa pancaroba, dan Desa Ampera Raya kecamatan Sungai Ambawang, di Desa Sungai Bemban Kecamatan Kubu, di Desa Teluk Bayur Kecamatan Terentang dan masih banyak lagi di Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Kuala Mandor B. Tingkat produksi pengolahan batang sagu menjadi tepung sagu basah cukup tinggi mencapai rata-rata 1 ton tepung sagu basah setiap harinya dan menyusut 50% saat dikeringkan menjadi tepung sagu kering.
Tepung sagu basah atau setengah kering dipasarkan Pontianak dan ada juga ke Jawa, digunakan untuk menjadi bahan baku industry pembuatan mie sagu juga bihun sagu. Tepung sagu kering langsung dipasarkan di pasar-pasar di Kubu Raya, Pontianak serta Kabupaten dan Kota sekitar.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian di dalam Roadmap Diversifikasi Pangan 2020-2024 memasukkan sagu sebagai salah satu bahan pangan alternatif pengganti beras, dengan mencanangkan strategi peningkatan ketersediaan pangan lokal, peningkatan akses masyarakat kepada pangan lokal dan mendorong pemanfaatan pangan lokal. Dengan Rencana Aksi berupa meningkatkan produktivitas, memperluas areal pertanaman, stabilisasi pasok dan harga, memperluas skala usaha dan kemitraan, juga melalui edukasi dan promosi.
Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Kubu Raya, walaupun tidak menjadi Provinsi prioritas yang direkomendasikan sebagai target peningakatan diversivikasi pangan untuk sagu, namun diharapkan untuk memberikan perhatian khusus kepada petani sagu. Sagu berpotensi mendorong perekonomian rakyat, dengan pengolahan terpadu baik batang dan daunnya menjadi tepung sagu, bahan atap bangunan tradisional, pakan ternak, bahkan juga bahan bakar biomassa.
Penulis : Fitriana
Editor : Fitriana